Rabu, 19 Mei 2010

Cara Kreatif Menghibur Anak Usia 2 Tahun

Mengurus anak usia dua tahun agak lebih merepotkan bagi sebagian orangtua. Wajar saja, karena pada usia ini anak sedang dalam masa aktif dengan energi luar biasa. Normalnya, pada usia inilah rasa ingin tahu anak muncul lebih tinggi. Keinginannya untuk mengeskplorasi hal baru perlu direspons dengan baik.

Masalahnya, kadang orangtua kebingungan bagaimana merespons aktivitas anak batita ini. Terutama membagi perhatian, antara pekerjaan rumah, sekaligus mengawasi aktivitas anak. Trik berikut ini bisa menjadi solusinya:

1. Berikan mainan
Cara tepat dan praktis adalah dengan memberikan anak mainan menyenangkan sekaligus edukatif. Sebaiknya selalu simpan semua mainan yang anak miliki, dari hadiah ulangtahun atau pemberian lainnya. Simpan dalam boks plastik agar tetap terjaga rapi dan bersih. Nah, ambil koleksi mainan satu-persatu dan berikan kepada anak, untuk menarik perhatiannya. Pastikan posisi Anda tak jauh dari jangkauan anak, sehingga masih memudahkan untuk mengawasi aktivitasnya. Beri perhatian dengan mengganti mainan agar anak tak mudah bosan. Membeli mainan yang bervariasi ada baiknya, karena pada masa ini anak selalu penuh ingin tahu.

2. Bebaskan bermain air
Anak batita senang mengeksplorasi dirinya, karena itu cenderung lebih aktif dan selalu ingin tahu. Air menjadi mainan yang paling menyenangkan pada masa ini. Berikan dukungan dan perhatian kepada anak Anda. Misalnya dengan menempatkan anak dalam kolam plastik yang diisi air, setengah bagian saja. Bebaskan anak bermain dalam kolam air ini. Tambahkan mainan untuk membuat kegiatan lebih menyenangkan. Berikan pengawasan sesekali, tak perlu terlalu khawatir sehingga membuat aktivitas anak terbatasi.

3. Kreativitas seni
Melatih kreativitas seni bisa dimulai sejak dini, dengan memberikan kesempatan kepada anak melukis dengan jari, misalnya. Tak jadi soal jika tangannya harus kotor dengan cat. Namun Anda perlu menyiapkan ruangan yang sudah dilapisi dengan koran di bagian lantai. Siapkan mangkuk berisi cat yang aman untuk kulit, dan celupkan jari ke dalamnya. Ajarkan anak untuk melakukan hal yang sama, dan menggambar bentuk di atas lantai yang dilapisi koran. Pastikan cat jari aman dari zat berbahaya, menjaga saja jika anak tiba-tiba menjilat jarinya.

4. Menonton acara kartun
Terlalu sering menonton televisi memang bukan menjadi rekomendasi banyak orangtua atau psikolog, namun cara ini bisa menghibur bagi anak. Penting dicermati adalah pilihan tontonan dan pendampingan orangtua. Pilih program televisi yang menunjang tumbuh-kembang anak. Sekarang ini juga banyak pilihan DVD film kartun untuk anak yang mengasah rasa ingin tahunya. Pastikan juga Anda memegang kendali atas durasi menonton televisi. Untuk aktivitas yang satu ini, orangtua perlu memberikan perhatian khusus.

Masih banyak cara kreatif lain untuk menghibur anak. Perhatian dan kreasi orangtua diperlukan untuk tumbuh-kembang anak. Termasuk dalam memberikan hiburan di rumah yang tepat. Semakin banyak membagi waktu akan menciptakan hubungan emosi yang lebih kuat. Kira-kira apa kreasi Anda?


Reff: KOMPAS Female.com -

Selasa, 18 Mei 2010

Bebaskan Bayi dari Ruam Popok

Rasanya tidak ada bayi yang tidak memakai popok. Bulan-bulan pertama sampai ia mampu buang air sendiri, popok menjadi bagian hidupnya. Apalagi, bayi belum bisa mengontrol kandung kemihnya sehingga dalam sehari bisa buang air kecil sampai puluhan kali.

Saat ini tersedia dua jenis popok di pasaran, yakni popok sekali pakai (diapers) dan popok kain. Kendati popok kain masih banyak dipakai, namun para ibu masa kini lebih suka memakai diapers karena alasan kepraktisan. Selain tidak perlu dicuci, popok sekali pakai memliki daya serap besar dan tidak mudah lepas.

Masalah yang sering dicemaskan orangtua akibat pemakaian popok adalah timbulnya ruam popok. Dari namanya, ruam popok adalah peradangan di daerah yang tertutup popok, seperti sekitar kelamin, bokong, dan pangkal paha bagian dalam.

Ruam popok sering dialami oleh bayi berusia kurang dari setahun. Biasanya berwarna kemerahan disertai lecet dan gatal. Kondisi ini terjadi karena bakteri dan amonia pada tinja dan air seni bayi. Kedua zat ini bisa melukai dan mengiritasi kulit bayi.

"Sisa-sisa urin dan kotoran bayi juga membuat kulit bayi basah dan lembab yang membuat gatal. Gesekan di bagian gatal ini menimbulkan iritasi dan akhirnya terjadi ruam popok," urai dr.Tina Wardhani Wisesa, Sp.KK (K), dari Klinik Sakti Medika, Tebet, Jakarta.

Lapisan plastik yang terdapat di popok sekali pakai, karena tidak adanya sirkulasi udara, juga sering menimbulkan kelembaban. Namun demikian, menurut dr.Tina popok kain juga bisa memicu ruam popok.

"Popok kain sebenarnya memiliki daya serap yang rendah, sehingga kulit bayi menjadi lembab dan bila dibiarkan bisa menimbulkan iritasi kulit," imbuh Ketua Divisi Dermatologi Pediatrik di FKUI RSCM Jakarta ini.

Pemilihan popok

Di bulan-bulan pertama kelahirannya, bayi memerlukan produk popok yang lembut, aman, dan memiliki sirkulasi udara yang lancar agar terhindar dari ruam popok.

Yang patut diketahui para orang tua, produksi kelenjar keringat dan minyak kulit bayi relatif lebih sedikit dibandingkan kulit orang dewasa. Akibatnya, lebih mudah terganggu perubahan suhu dan kelembaban di sekitarnya. Kulit bayi jadi lebih rentan terhadap bahan iritan, juga terhadap infeksi.

Studi klinis yang dilakukan oleh Kimberly Clark Amerika pada 500 bayi di Amerika berusia 3-15 bulan menunjukkan Huggies Ultra dengan lapisan higly breathable yang menjaga kelancaran sirkulasi udara terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri albicans dan mencegah terjadinya ruam popok hingga 50 persen.

Selain pemilihan popok yang tepat, menurut dr.Tina ruam popok bisa dicegah dengan berbagai cara, yang utama adalah mengganti popok segera setelah anak buang air besar.

"Setiap mengganti popok, kulit hendaknya dibersihkan dengan air yang mengalir dan dikeringkan sebelum memakai popok baru," saran dr.Tina.

Bila perlu, oleskan krim atau losion di daerah bokong dan selangkangan agar tidak terjadi gesekan. Selain itu, biarkan bayi tak memakai popok sekitar 15-30 menit dalam sehari. Tidak disarankan menggunakan popok sekali pakai sepanjang hari.

Segera bawa bayi ke dokter bila kelainan kulit akibat ruam popok meluas ke daerah perut, paha, dan sekitarnya. Waspadai pula bila mulai timbul lecet disertai nanah dan bintik merah. "Anak bisa rewel karena lukanya terasa perih, apalagi bila buang air kecil atau BAB," katanya.

Reff: kompas.com/Sabtu, 15 Mei 2010 | 13:28 WIB

Minggu, 09 Mei 2010

Bingung Pilih Cloth Diaper?

Bingung Pilih Cloth Diaper? Baca Pengalaman Saya Dan Kenzo Dulu Ya…

Belakangan ini banyak beredar merk-merk cloth diaper baru, dari yang berharga belasan ribu sampai tiga ratus ribuan per bijinya. Saya pengen sharing tentang pengalaman bayi saya, Kenzo, selama pakai cloth diaper mulai umur dua bulan sampai sekarang, hampir sepuluh bulan.

Bagi yang belum pernah pakai dan berniat beli, mungkin bingung milih cloth diaper yang mana. Kalau saya sendiri dulu dimulai dari beli cloth diaper mahal berharga rata-rata dua ratus lima puluh ribuan (baca artikel saya Selamat Datang Cloth Diaper), Senangnya Pakai Cloth Diaper, dan Review Cloth Diaper. Saya punya BumGenius, Happy Heinys, Fuzzy Bunz, Bumwear, dan Wonderoos. Jujur saja, dari rencana memakaikan clodi hanya untuk tidur siang dan malam, ternyata lama-lama saya keenakan dan memakaikannya sepanjang hari. Malah, kalau malam hari Kenzo terpaksa pakai disposable diaper karena pipisnya banyak banget. Kalo pakai clodi pasti deh bocor ke mana-mana.

Lalu kira-kira dua bulan lalu, saya beli lagi beberapa clodi lokal, termasuk di antaranya celana sistem serap merk Nice Kids. Harganya cuma lima belas ribu rupiah, tapi ternyata saya paling jatuh cinta dengan clodi yang satu ini. Mengapa?

Satu, bentuknya slim. Paling ramping kalo dipake. Saya suka dengan kerampingannya sehingga bisa didobel dengan celana panjang kalau lagi ke luar rumah.

Dua, nggak bocor (untuk sekali pipis), dan nggak bikin paha Kenzo merah.

Tiga, gampang dicuci kalo kena pup. Dianjurkan cuci pakai tangan untuk memelihara daya tahan clodi, tapi boleh juga kalo mau pake mesin cuci.

Empat, satu ukuran (all size). Kalo clodinya dirawat dengan baik, bisa dipakai dalam jangka waktu lama.

Lima, dan paling penting, harganya murah meriah. Paling murah di antara clodi lokal lain yang saya punya. Rasanya nggak begitu masalah di dompet kalo mau beli sepuluh atau dua puluh clodi ini. Mengapa saya bilang faktor murah ini paling penting? Karena kita jadi bisa beli banyak. Dengan kita punya banyak clodi, bayi jadi bisa sering ganti clodi. Sekali pipis, langsung ganti. Bukan dua kali atau tiga kali pipis baru diganti. Kecuali keadaan darurat seperti lagi di luar rumah, atau bayi masih tidur pulas dan kita nggak tega ngebangunin he he… Intinya, sama dong kayak kita, kan nggak nyaman ya kalo abis pipis celananya nggak langsung diganti. Bahkan misalnya lagi pake clodi mahal yang sanggup menampung pipis sampai tiga-empat kali, saya tetap langsung mengganti clodi begitu udah dipipisin sekali saja, meski baru dipakai lima menit. Gampang kok mendeteksinya, dari bau pesing aja udah cukup he he…

Jadi kesimpulannya, kalo saya lebih suka memakaikan clodi Nice Kids untuk sehari-hari di rumah. Sedangkan kalo lagi ke luar rumah, Kenzo pakai clodi impor yang daya tampung pipisnya lebih banyak.

Semoga pengalaman saya bisa membantu buat moms yang kebingungan milih cloth diaper. Oya, postingan saya ini murni pengalaman pribadi, saya nggak dibayar pihak manapun untuk mempromosikan produk tertentu. Menurut saya, silakan dicoba clodi merk apa yang paling cocok, terus usahakan punya dalam jumlah banyak supaya sekali pipis bisa langsung diganti. Ingat, clodi fungsinya adalah seperti celana kain biasa, tapi melindungi kasur supaya nggak kena pipis bayi, di lain pihak bayi harus tetap merasa nyaman dengan clodinya. Clodi bukanlah celana untuk menampung pipis berkali-kali.

Happy cloth diapering!

Sumber: effiharyanti.com

Clodi vs Pospak

Karena kecantol sama popok kain a.k.a Clodi (cloth-diaper), ujung-ujungnya malah jadi ngebandingin si clodi dengan pospak (popok sekali-pakai). Berbekal hasil survey harga pospak di supermarket & segunung info dari para mommies di forum ini, akhirnya dicobalah bikin ilustrasi itung-itungan. Jadinya kira-kira seperti ini :

Pospak (disposable diapers) :
Newborn-baby ngabisin sekitar 12 diapers/hari (tahu teorinya sih dari sini). Saat usianya diatas 4 bulan, gantinya sekitar 3 jam sekali; so… sekitar 8 diapers/hari (termasuk kalau pup, pospaknya harus segera diganti). Dengan asumsi si anak lulus potty-training sekitar umur 2,5 tahun, didapat hitungan ini :

(12 diapers X 31 hari* X 4 bulan) + (8 diapers X 31 hari* x 26 bulan) = (1488) + (6448) = 7936 diapers needed (dengan asumsi sehari-harinya anak full pake pospak). Ada yang pernah bilang kalau pospaknya dipakai sampai menyerap-jenuh maka jumlah popok yang dipakai dalam sehari bisa kurang dari angka yg disebutin di atas… tapi gimana rasanya kalau kelamaan pakai popok yang basah-jenuh ? Risih ‘ngkali

Disini, harga pospak per lembarnya sekitar RM0.50. Jadi total uang yang dikeluarkan untuk beli pospak sampai anak lulus potty-training = (7936) x 0.50 = RM 3968… belum termasuk duit buat beli baby-wipes, disposal-system, disposable wetbags, serta krim ruam-popok.

(+) :
- Nggak perlu stress melihat gundukan popok kotor yang “menjerit” minta dicuci.
- Nggak perlu nguli nyuci popok; tinggal lepas, siram pup-nya, trus buang pospaknya.

(-) :
- Ehmm… duit hampir RM4000 habis untuk pospak saja, yang dipakainya relatif sebentar (apalagi kalo creeettt kena pup) trus dibuang. Iya sih, duit segitu banyak dibelanjakannya nggak sekaligus… tapi untuk belanja pospak, hukum yang berlaku adalah sedikit-sedikit lama-lama menjadi “bukit”.
- Secara psikologis, si anak jadi keenakan & nggak “belajar-risih” kalau popoknya sudah basah karena ompol (karena di kulit bokong, permukaan pospak terasa kering-kering aja saat dipakai, meski udah dipipisin berkali-kali).
- Di rumah pun harus disiapkan disposal-system (dan wetbags/kantong plastik untuk traveling) yang memadai, supaya bau popoknya nggak demek & menguar kemana-mana (meski sebelumnya segala sisa-sisa poop sudah dibersihkan).
- Oia, jangan lupakan pula kontribusinya dalam menambah gundukan sampah. Bayangkan kalau satu orang “memproduksi” 7000-an popok kotor dalam waktu 2,5-3 tahun… itu baru satu orang.

Popok -kain a.k.a CLODI (reusable cloth-diaper) :
Baca-baca di beberapa forum & situs tentang perpopok-kainan, newborn baby (sampai usia 3-4 bulan) butuh sekitar 3 lusin popok kain; bisa berupa popok tali, popok jadul-segi empat (flat-diapers), atau prefolds. Tarolah misalnya pakai flat-diapers; disini 1 lusinnya = RM25. Tiga lusin = RM 75. Di Jakarta, harga selusin popok kain bisa dapet lebih murah lagi.

Setelah pakai popok kain, sebaiknya didobel dengan diaper-cover. Disini selembar diaper-cover (yang rada bagusan) = RM 35. Newborn baby cukup punya enam diaper-covers ukuran S; 6 x RM35 = RM 210.

Kalau berat bayinya udah 3.5kg, udah bisa dipakein one-size pocket diaper (pocket-diaper), atau all-in-one diaper (AIO-diaper). Disini mayoritas merk AIO/pocket-diaper yang dijual adalah merk import. Beli satu pocket-diaper sudah dapat 2 inserts; rata-rata harga per popoknya = RM81. Menurut para frugal-mommies, minimal punya 10 set aja udah cukup. 10 pocket diapers + 16 inserts = RM 810.

Setelah usia bayi diatas 6 bulan, flat-diapers/prefoldsnya masih bisa dimanfaatkan jadi kain penyerap-ompol (soaker/booster) yang dipakai bersama one-size diaper covers. Disini, selembar one-size diaper cover dibandrol @RM 55. Kalau beli 4 = RM 220.

Jadi, total uang yang dikeluarkan untuk beli semua clodi ini : (75) + (210) + (810) + (220) = RM 1315. Oia, angka diatas belum termasuk beli baby-wipes, nappy-liners, serta nappies fasteners/snappies. Boleh juga sih pakai peniti… tapi takut aja si baby kecoblos peniti

Bandingkan RM 3968 dengan RM 1315. Kalau mau murah, bisa saja clodi-nya beli satu-satu dari berbagai merk. Bisa juga mengkombinasikan pemakaian clodi lokal dengan clodi import. Di Indonesia, harga selusin flat-diapers (popok jadul) ato alas ompol sekitar Rp.50.000,-. Selain dipakai bersama diaper-covers, popok jadul juga bisa dilipat-lipat menjadi insertnya pocket-diaper (tapi popoknya jadi agak tebal). Sistem popok jadul + diaper-cover ini lebih murah dibandingkan dengan pocket-diaper atau AIO diaper merk import. Clodi buatan Cina harganya lebih murah lagi; sekitar RM 35 perlembarnya, katanya sih versi murahnya clodi merk import dengan kualitas yang sebanding. Clodi buatan lokal juga murah-meriah : selembar popok + insert antara Rp. 60.000 – 85.000. Tapi kualitasnya bervariasi, sih… cocok-cocokan juga ya. Untuk kenyamanan si baby & keawetan usia popoknya, ambil asumsi pakai clodi merk import dulu-lah.

(+) :
- Irit, kalau dilihat pemakaian jangka panjang (dipakai sampai anak lulus potty-training & mulai pakai training pants).
- Kalo ntar punya anak lagi… clodinya bisa dilungsurkan & dipakai ulang, asalkan sebelumnya dirawat dengan “penuh kasih-sayang”
- Resiko kena diaper rash lebih sedikit karena popok yang basah bisa segera ketahuan & si anak akan “belajar-risih” dari rasa basah tersebut (ini menurut testimonial nyokap tercinta & para mommies lainnya)
- Memanfaatkan rasa “risih” ini, kalo kata nyokap sih akan lebih cepat melatih anak untuk potty-training. Popok kain juga breathable buat kulit bokong bayi.

(-) :
- Harus keluar banyak uang saat pertama kali beli popok, sehingga sekilas kelihatan boros.
- Harus rela “nguli” a.k.a rajin cuci popok. Mungkin deraan “nguli” + panik akan terasa menggila saat musim hujan.
- Kalo kata nyokap, sekalian melatih supaya nggak nunda-nunda kerjaan nyuci popok (Thanks, Bu… you read me like a book ).
- Karena sekarang banyak produsen popok yang bikin insert berdaya-serap tinggi, ortu juga harus rajin mengecek popok yang sedang dikenakan si bayi, apakah basahnya sudah jenuh atau belum (kalo nggak, ya sama aja kayak pake disposable diapers). Di situs ini juga disebutkan :

we recommend changing your baby’s diapers as soon as they are wet and/or dirty, rather than on some fixed schedule (for example, every 2-3 hours), because this method is healthier for your baby and makes potty training easier.

*****

Anyhoo… hitungan diatas hanya hitungan kasar, dengan mark-up dimana-mana, plus belum termasuk biaya iuran listrik, iuran air, sama duit beli detergen. Agak subjektif juga, karena berdasarkan situasi & kondisi gue (asumsi sampai 2 tahun kedepan bakal jadi SAHM, atau mungkin WAHM). Nggak pengen memaksakan idealisme ini, kok; hanya ingin berbagi informasi saja. Kalau ternyata ada yang senasib atau tertarik ber-popok-kain-ria… mungkin hitungan diatas bisa dijadikan bahan pertimbangan.

Yang perlu disadari juga, pemilihan antara memakai clodi atau pospak sebenarnya cocok-cocokan dengan kondisi ibu, kondisi bayi, dan tenaga “helper” yang tersedia. Disini tenaga “helper” yang legal tu muahalll (pakai “helper” ilegal memang lebih murah, tapi sangat-tidak-aman). Kalo lihat keadaan tersebut, banyak orang yang nyaranin gue untuk pake pospak… tapi jujur aja, agak sakit-ati saat membayangkan harus keluar duit RM 130-an/bulan hanya untuk beli pospak Maka saat memilih untuk ber-clodi-ria, gue sadar-sesadar-sadarnya kalau nanti bakal punya tambahan satu job-description baru (selain mengurus si baby) : mengurus segala cucian baju & popok bayi Insya Allah i don’t mind… ini memang plan-A kami. Sempat kepikiran juga akan beberapa plan-B… seperti kalau di bulan pertama usai melahirkan nanti gue kecapekan atau sakit, mungkin si baby dipakaikan pospak dulu. Kalau saat bepergian/dalam perjalanan jauh harus mengganti popok, mungkin nanti kami bakalan “cheating” pake’in pospak Kami pengen berusaha rutin semaksimal mungkin mempopok-kainkan si baby dan menggunakan pospak disaat-saat darurat aja. Alhamdulillah juga, sekarang jadi mensyukuri keputusan beli mesin cuci (daripada beli TV) saat dulu awal-awal pindah kesini. Iya sih, cuma mesin cuci top-loading, tapi yang penting digunakan dengan penuh-cinta. Nanti si mesin cuci akan sangat-sangat membantu pekerjaan nguli cuci-popok

Kemarin pas iseng-iseng mainan internet, dapat flyers dari sini tentang panduan cara mencuci clodi. Lumayan, ntar bisa di-print & ditempel di dinding dekat mesin cuci… buat contekan daripada si clodi tersayang berakhir dengan digiling pakai mesin pengering atau digilas di papan penggilasan Mohon do’a & semangatnya ya kawans, semoga kami mampu menjalankan “idealisme” popok-kain ini Semangaaatt !!

Sumber: AiniRumahHatiku.com

Mengapa Saya Memilih Cloth Diapers

Perkenalan saya dengan cloth diapers –yang lazim disebut clodi– baru dimulai beberapa waktu lalu. Membaca konsep tentang cloth diapers dari site seorang teman, langsung membuat saya jatuh hati dan mempertimbangkan ini sebagai pilihan yang lebih bertanggung jawab karena alasan eco-friendly ketimbang memakai popok sekali pakai/ pospak/ disposable diapers yang selama ini saya gunakan untuk anak-anak saya.

Saya meyakini ini melalui pengalaman. Sebelum Halim (2.5 tahun, anak ketiga saya) sukses menjalani toilet training, ia adalah pemakai setia pospak. Alasan kepraktisan dan kesucian dari najis membuat saya memakaikan pospak sepanjang hari padanya. Tak kurang 4-6 pospak terpakai setiap harinya. Rasanya sampah yang dominan di tempat sampah rumah kami adalah sampah pospak. Seiring makin meningkatnya kesadaran tentang isu cinta lingkungan, go green, global warming, dan hal semacam itu, lantas membuat saya ‘muak’ melihat tumpukan sampah pospak yang menggunung yang mengandung plastic yang pastinya sangat susah untuk terurai. Saya butuh solusi untuk masalah ini! Dan agaknya clodi adalah solusi tepat untuk itu.

Setelah itu saya mulai gencar mencari informasi dengan browsing kesana-kemari. Mempelajari jenis-jenis dan merk-merk clodi yang beredar di pasaran. Sekarang, dari awalnya hanya sebagai pemakai, saya beralih juga menjadi penjual. Membantu ketersediaan clodi bermutu yang ekonomis bagi para ibu yang mulai mencoba memakaikan clodi pada buah hati mereka.

Alasan pribadi saya menggunakan clodi adalah:

  • Agar terbebas dari najis kencing bayi. Dengan clodi, pipis bayi/anak dapat dilokalisasi agar tidak berceceran kemana-mana dan mengotori penggendong dan seisi rumah.
  • Bebas dari limbah pospak berbahan plastik yang sulit terurai dan membebani bumi.
  • Bebas dari timbunan sampah pospak yang menimbulkan bau pesing yang sangat tidak sedap dan mengundang lalat. Tempat sampah di rumah saya tak cepet penuh lagi sekarang.
  • Hemat. Sejak bungsu saya lahir, saya tidak pernah lagi mengeluarkan uang ratusan ribu setiap bulannya hanya untuk pospak.
  • Clodi mudah dicuci. Sama seperti pakaian biasa.
  • Clodi bisa diwariskan ke anak selanjutnya. Sangat ekonomis.
  • Praktis. Sebagai ibu dari 4 orang anak tanpa asisten, bisa dibayangkan betapa repotnya bila harus berulangkali mengelap pipis bayi yang frekuensinya masih amat sering itu. Maka saya memilih clodi agar meringankan kerja saya.
Saat ini, pemakai clodi di rumah kami adalah Halim Si Nomer Tiga yang masih mengompol tiap malam. Dan tentu saja, Nuri Si Bungsu yang baru saja lahir bulan lalu.

Demikian pengalaman pribadi saya dalam ber-clodi. Bagaimana dengan Anda?

Sumber: Clothdiapermurah.com |

Saatnya Mengenal Clodi

Sebelum memilih clodi yang pas untuk kantong dan kebutuhan si buah hati, ada baiknya kita mengetahui berbagai jenis clodi supaya kita familiar dengan istilah-istilah dunia per ‘clodi’ an. Tak kenal maka kenalan hee

1. Flat Diaper

flat diaper

flat diaper

Tidak asing dengan gambar di atas bukan? Ya inilah yang disebut flat diaper. Melegenda di dunia perpopokan karena dari jaman dahulu sampai sekarang masih tetap digunakan. Flat diaper ini satu ukuran, jadi kita tidak perlu repot mencari-cari ukuran yang sesuai dengan si buah hati. Besar kecilnya flat diaper tergantung dari cara kita melipat. Kelebihan lainnya flat diaper ini mudah sekali dicuci dan dikeringkan. sediakan saja jemuran yang cukup luas karena ukura flat diaper ini lebar.

2. Prefold

prefold

prefold

Di Indonesia prefold tidak umum digunakan. Prefold terbuat dari tumpukan flat diaper yang dijahit menjadi satu, dengan bagian tengah lebih tebal daripada bagian sisinya. Tujuannya untuk menyerap pipis lebih sempurna. Biasanya terdiri dari 8 lapisan. Karena ketebalan ini maka diperluakan waktu pengeringan yang cukup lama. Penggunaanya pun cukup mudah dengan melipat dan mengaitkan bagian ujung denga peniti bayi atau menggunakan snappies.

3. Diaper Cover

Ada yang menyebut shell atau celana plastik. Biasanya digunakan dengan flat diaper. Diaper Cover adalah penutup ekstra yang digunakan untuk melapisi flat diaper atau prefold supaya tahan air. Ada berbagai bahan kain yang dapat digunakan sebagai penutup popok. Produk impor banyak menggunakan bahan yang disebut Polyurethane Laminate (PUL), yaitu kain yang di bagian dalamnya dilapisi semacam lilin sehingga tidak tembus air. Untuk produk lokal, penutup popok biasa menggunakan plastik jass baby, yaitu plastik yang lembut yang tidak melukai kulit bayi. Selain PUL dan jas baby, wol juga bisa digunakan sebagai penutup popok.

Perlu dibedakan ketahanan terhadap kebocoran antara PUL, jas baby, dengan wol atau fleece. PUL dan jas baby sifatnya anti tembus (Waterproof), sehingga air memang tidak mungkin tembus tegak lurus. Apabila menggunakan bahan yang anti tembus, bayi harus sering sering dicek karena bisa jadi celana tidak basah padahal di dalamnya sudah jenuh dengan urine dan hal ini tidak baik untuk kulit bayi.

Adapun bahan wol dan fleece sifatnya tidak anti tembus, tetapi menolak air (hidrophobic). Apabila bayi mengompol, ompol tidak serta merta tembus, karena lapisan wol menahan air untuk sementara. Pengasuh dan sprei akan aman dari ompol untuk 1 atau 2 kali pipis. Namun apabila jenuh, akhirnya air dapat tembus juga dari lapisan wol. Diaper cover jenis ini paling sehat untuk kulit bayi karena bahannya sangat berpori sehingga tidak membuat kulit gerah.

4. Lampin

lampin

lampin

Jika ingin berhemat bisa menggunakan lampin sebagai alternatif, sifatnya waterproof . Fungsinya sama dengan diaper cover. Sebagai penyerapnya bisa menggunakan prefold atau flat diaper. Cenderung lebih hemat karena harganya jauh lebih murah, hanya saja masih perlu menggunakan celana lagi sebagai bagian luarnya.

5. Popok Tali

Popok jadul ini yang digunakan oleh ibu dan tante saya, Bagian tengahnya bisa ditambahin flat diaper sebagai penyerap pipis.

6. Fitted Diaper

popok bayi yang sudah dibuat dengan pola, bentuk dan ukurannya sudah pas (fitted), beda-beda untuk tiap rentang usia bayi (petite-newborn, infant, toddler). Jadi ada ukuran newborn, S, M, L, XL . Untuk popok jenis ini biasanya tidak waterproof (butuh didobel dengan diaper-cover).

6.One Size Pocket Diaper

Berupa popok yang memiliki kantong (pocket) di bagian belakang/tengah untuk diisi lapisan penyerap. Bagian dalam pocket-diaper dibuat dari bahan lembut yang cepat menyerap pipis namun permukaannya tetap kering (seperti fleece); sementara bagian luar popok dilapis kain yang bersifat menolak-air. Disebut one-size karena popok ini memiliki setting kancing-kancing & lipatan yang bisa diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk dipakai anak dalam rentang-usia/rentang berat-badan yang lebih panjang (dipakai dari usia 3bulan – 2tahun++ (saat anak lulus toilet training), atau dari berat 3,5 – 15 kg). Lapisan penyerap bisa diganti dan ditambah sesuai keinginan, bisa menggunakan handuk, tetra, dan bahan lainnya yang tingkat penyerapannya tinggi. Jenis bahan yang populer digunakan sebagai insert adalah microfiber terry, yaitu sejenis handuk yang memiliki serat lebih kecil dan daya serapnya sangat tinggi. Untuk penggunaan yang lebih lama, misalnya malam hari, lapisan insert dapat ditambah untuk menambah daya serap. Jenis ini sedikit lebih merepotkan daripada AIO, karena harus memasukkan insert sebelum dipakai, dan mengeluarkannya sebelum dicuci. Namun, karena lapisan penyerap dapat dipisahkan, maka dapat dijemur terpisah dan lebih cepat kering daripada AIO.

7. AIO (All In One) Diaper

berupa popok kain yang lapisan luar & lapisan-penyerap-ompol didalamnya dijahit menyatu, sehingga lebih praktis digunakan. Tidak perlu memasang inserts, prefold, atau flat diaper. Kancingnya bisa berupa perekat velcro atau kancing jepret (snaps). Hanya saja karena dijahit menyatu, bentuknya jadi bulky & tebal (di sekitar pantat) sehingga butuh waktu lebih lama untuk kering setelah dicuci. Beberapa produsen ada yang membuat AIO diapers dengan berbagai ukuran (S,M,L, dkk), tapi sekarang ada juga AIO diapers yang dibuat dengan ukuran one-sized (untuk digunakan mulai berat badan 3-15 kg).

8. Insert

Sejatinya insert dipakai untuk one-size pocket diaper. Beberapa merk ada yang menyebutnya sebagai soaker atau booster. Insert ini adalah lembaran kain penyerap ompol yang dimasukkan (inserted) kedalam kantong pocket-diaper. Dibuat dari bahan yang terkenal berdaya serap tinggi seperti microfiber, terry (sejenis handuk), hemp, bamboo-fibre atau katun. Biarpun selembarinsert ini kelihatan tipis tapi memiliki dayaserap & daya-tampung cairan yang besar (ada bahaninsert yang tahan menyerap ompol yang diproduksi bayi selama 3-5 jam).

Note : flat diaper, prefolds maupun kain alas ompol yang dilipat-lipat bisa juga dimanfaatkan sebagai insert, tapi popok akan tampak tebal & bulky di daerah sekitar pantat. Insert juga bisa digunakan

9. Nappy Liner

Selembar kertas atau kain tipis yang diletakkan di atas popok kain untuk “menangkap” poop bayi. Nappy liner dibuat dari bahan yang tidak mudah koyak kalau terkena air. Memudahkan pipis terserap ke kain popok sekaligus menahan pup supaya tidak menempel di kain popok. Sehingga popok lebih mudah dibersihkan dan tidak bernoda kuning-kuning. Umumnya poop yang tertahan di nappy liner harus tetap disiram ke toilet kemudian nappy liner dibuang .Namun ada juga nappy liner yang bersifat biodegradable & flushable sehingga nappy liner dan pooptinggal diraup & dibuang semua ke kloset. Untuk nappy-liner dari kain tipis, bisa dicuci dan dipakai-ulang. Nappy liner bisa dipakai pada semua jenis popok kain dari popok-jadul, prefolds, pocket diaper, sampai all-in-one diaper .

Sumber: RumahClodi | by mumtazanas

Memilih Pampers

Istilah pampers lebih dikenal masyarakat ketimbang istilah popok sekali pakai, atau disposable diapers. Hanya dikalangan tertentu saja orang akan mengenal istilah “pospak” dan “dispo”. Sebuah salah kaprah yang sudah menjadi keumuman seperti menyebut pasta gigi dengan istilah “odol”. Popok dan si buah hati sangat berkaitan erat, karena popok termasuk kebutuhan utama bayi. Dimana bayi belum bisa mengisyaratkan bahwa dia akan “pup” atau “pee”, dengan demikian kita akan membutuhkan berlusin-lusin popok untuk meyerap pup dan pee nya.

Dulu belum ada yang namanya pampers, ibu saya menggunakan popok yang bertali dan ditambahi kain jarit atau kain yang sudah tidak dipakai. Kain ini dipotong-potong kemudian dijadikan penyerap pipis dan pup. Higienis gag ya?? Wah alhamdulillah saya, adik, dan ponakan saya sehat-sehat saja. Mulai jamannya keponakan saya muncul produk popok sekali pakai yang daya tahan serapnya tinggi dan bisa bertahan lama. Dengan alasan kepraktisan mulailah ibu-ibu menggunakan popok sekali pakai ini apalagi untuk pemakaian malam hari dan ketika bepergian. Hitung-hitungan kasar ketika bayi hanya menggunakan 2 buah pospak dalam sehari, maka total 60 buah pospak dalam sebulan. Dalam setahun bisa menghabiskan sekitar 700 pospak dalam satu rumah tangga. Bisa dibayangkan berapa kilogram sampah untuk pospak ini dalam 1 RT???. Bagaiman penanggulangan sampah dari pospak ini??? dibakar, ditimbun di belakang rumah, atau di bawa ke TPA. Yang ketiga pilihan itu berdampak bahaya bagi lingkungan kita pada khususnya dan bumi kita pada umumnya. Belum lagi berapa rupiah demi rupiah yang harus dikeluarkan untuk membeli pospak ini.

Beberapa tahun terakhir banyak produsen mulai membuat popok kain yang bisa dipakai ulang, dengan daya serap yang hampir sama dengan pospak. Ibu-ibu lebih sering menyebut dengan istilah “clodi”. Sekarang banyak sekali merek clodi baik merek lokal maupun luar negeri. Banyak juga pro dan kontra pemakaian pospak dan clodi. Dilihat dari berbagai sisi clodi lebih unggul dibanding pospak, dari segi hemat, ramah lingkungan, dan kesehatan bagi si buah hati. Lebih jelasnya bisa dilihat dari hitung-hitungan berikut:


Pemakaian Pospak

- Untuk Newborn bisa menghabiskan 12 pospak per hari.*

1 bulan menghabiskan 12×30 = 360 buah pospak

4 bulan menghabiskan 360×3= 1.440 buah pospak

- Saat usianya 4 bulan bisa ganti pospak setiap 3 jam sekali. Itu berati membutuhkan 8 pospak dalam sehari.Asumsi lulus potty-training 2 tahun.

2 tahun menghabiskan (8x 30×20) = 4.800 buah pospak

- Harga pospak yang murmer sekitar Rp 1.500

Total = 1.500×4.800

= Rp 7.200.000*

*Menurut Milis

* Harga belum termasuk baby-wipes, serta krim ruam-popok

Kelebihan Pemakaian pospak ini kita tidak perlu mencuci karena langsung dibuang, jadi cenderung praktis.

Kekurangan:

1. Tidak ramah lingkungan

2. Boros

3. Memperlambat proses potty-training. Karena bayi kurang bisa merasakan sensasi basah sebab di bagian pantat pospak tetap kering meski dipipisin berkali-kali.

Pemakaian Cloth Diapers

Rata-rata bayi umur 3-4 bulan membutuhkan 3 popok kain. Bentuknya bisa popok jadul yang bertali, atau prefold. Misal Menggunakan popok lokal dengan harga Rp 30.000 per lusin maka akan menghabiskan dana

Rp 30.000 x 3 = Rp 90.000

Penggunaan popok ini bisa dipadukan dengan diaper cover yang waterproof. Harga diaper cover berkisar Rp 10.000. Anggaplah kita membutuhkan 1 lusin diaper cover. Maka akan menghabiskan dana

Rp 10.000×12 = Rp 120.000

Ketika berat badan bayi 3.5 kg bisa menggunakan pocket diapers atau al in one diapers. Untuk menghemat bisa menggunakan clodi impor dan lokal. Rata-rata ibu membutuhkan 10 clodi . Misal 8 clodi merek lokal seharga Rp 55.000, maka

Rp 55.000 x 8 = Rp 440.000

Untuk malam hari bisa menggunakan clodi import yang daya serapnya lebih tinggi. Misal harganya Rp 250.000, maka

Rp 250.000 x 2 = Rp 500.000

TOTAL untuk pembelian clodi ini adalah Rp 1.030.000

Nah tentu saja, clodi ini harus dicuci. Biaya pencucian menggunakan mesin cuci tentu lebih mahal dari pada mencuci dengan tangan. Kita asumsikan daya mesin cuci adalah 300 watt dan waktu pencucian 1 hari adalah 1 jam, maka kwh nya adalah 0.3 kwh. PLN memprediksi harga listrik di akhir 2009 adalah Rp. 1011/kwh (www.wartaekonomi.co.id/), jadi biaya mencuci dengan mesin adalah Rp. 303/hari (9090/bulan). Asumsi penggunaan air adalah 20 liter sekali cuci (0.02 m3). Per awal 2009, tariff air Palyja adalah Rp. 1050/m3, sehingga untuk sebagian wilayah Jakarta, biaya air adalah Rp. 21/hari atau Rp. 630/bulan. Sebagai informasi tambahan, tariff air ini adalah contoh tariff daerah yang sudah terkena privatisasi. Untuk daerah yang suplai airnya masih dikelola daerah, bisa jadi tarifnya lebih rendah. Anggap si kecil menggunakan clodi sampai 2 tahun jadi:
maka pengeluaran untuk listrik dan air adalah = (9090+630)x24 bulan= Rp. 234.000
pengeluaran untuk detergen = 200.000
Total =Rp 434.000
total keseluruhan clodi dan mesin cuci =Rp 1.030.000+Rp 434.000

= Rp 1.464.000

Kekurangan clodi

- Harus mengeluarkan rupiah lebih banyak saat pertama kali.

- Harus mencuci

- Harus sering mengecek kejenuhan daya serap clodi

Kelebihan

- Lebih irit untuk pemakaian jangka panjang, dan bisa diwariskan ke adik-adiknya

- Lebih ramah lingkungan

- Resiko terkena ruam popok/diaper rash lebih sedikit karena popok yang basah bisa segera ketahuan & si anak akan “belajar-risih” dari rasa basah tersebut.
- Memanfaatkan rasa “risih” ini, sehingga akan lebih cepat melatih anak untuk potty-training. Popok kain juga breathable buat kulit bokong bayi.

Kesimpulannya cloth diaper lebih bermanfaat dibanding popok sekali pakai. Ayo ayah, bunda, ummi, abi…ganti pampers dengan cloth diapers. Mudah-mudahan dari konstribusi ini bumi kita akan lebih indah…

salam

go green with rumahclodi
FEBRUARI 28, 2010 by mumtazanas

Archive

Configure your calendar archive widget - Edit archive widget - Flat List - Newest first - Choose any Month/Year Format
 

Designed by: Compartidísimo
Some images by: Scrappingmar